haluannews.com – Viralnya kisah kakak beradik Manganang menarik perhatian netizen setelah resminya Aprilia Manganang berganti nama dan jenis kelamin. Majelis hakim Pengadilan negeri Tondano di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, mengabulkan seluruh permohonan perubahan jenis kelamin dan nama Serda Aprilia Santini Manganang, Majelis hakim menetapkan mantan atlet bola voli putri itu berubah jenis kelamin dari yang awalnya berjenis kelamin perempuan menjadi kelamin laki-laki. Majelis hakim menetapkan pergantian nama pemohon yang sebelumnya bernama Aprilia Santini Manganang dan kini berubah menjadi Aprilio Perkasa Manganang.
Putusan majelis hakim PN Tondano itu dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim Nova Loura Sasube dalam persidangan di PN Tondano yang dilakukan secara virtual, “Berdasarkan bukti-bukti dan fakta dalam persidangan maka mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya” ucap Loura. Selain itu Majelis hakim juga memerintahkan kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sangihe untuk mencatat register yang bersangkutan terkait dengan perubahan jenis kelamin dan namanya, baik dalam KTP, akta kelahiran hingga Kartu Keluarga, “Memerintahkan Kantor Dinas Catatan Sipil Kabupaten Sangihe untuk menjalankan penetapan ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku” ucap Loura yang dikutip dari Kompas.com.
Mendengarkan putusan majelis hakim itu, Serda Aprilio Manganang tak kuasa menahan air matanya, ia mengaku sangat bersyukur majelis hakim PN Tondano mengabulkan permohonannya untuk perubahan jenis kelamin dan namanya, “Puji Tuhan” ucap Aprilio. Setelah putusan hakim PN Tondano, Andika didampingi dengan istrinya langsung mengganti tanda pengenal Serda Manganang yang sebelumnya bertuliskan Aprilia menjadi Perkasa, dari siaran yang dilansir di Kompas TV Serda Aprilio Manganang bercucuran air mata ketika Andika menyematkan nametag baru.
Sebelumnya KSAD memastikan kalau Manganang seorang pria yang mengalami kelainan hipospadia atau letak lubang kemih pada bayi laki-laki yang tidak normal yang dideritanya sejak lahir, hal ini pun sudah dilakukan pemeriksaan meliputi kadar hormone testoteron, MRI dan urologi. Kakak beradik Manganang yang alami hipospadia ini juga ternyata dialami oleh sang kakak dari Aprilia yang bernama Amasya Anggraini Manganang, hal ini disampaikan KSAD Andika Perkasa dalam jumpa pers di Markas Besar TNI AD, Jakarta Pusat, Andika menyampaikan sudah menjalani pemeriksaan di RSPAD kalau ternyata Amasya juga mengalami hal yang sama dengan Aprilia.
“Ternyata Amasya juga tidak seberuntung kita saat dilahirkan dengan kelainan yang disebut hipospadia” ucap Andika, setelah Aprilia berganti nama. Amasya juga akan menjalani corrective surgery, Andika menjelaskan kalau Amasya mengalami kondisi hipospadia serius sehingga harus dua kali corrective surgery. Dokter spesialis urologi di RS Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Irfan Wahyudi saat dihubungi menjelaskan hipospadia adalah kelainan bawaan lahir yang dimana terjadi karena gangguan perkembangan saluran kemih bagian luar yang tidak terbentuk hingga ke ujung kepala penis.
Dinyatakan mengenai kemungkinan faktor genetik dapat menjadi penyebab keduanya mengalami hal ini, Irfan sendiri tidak dapat memberikan penjelasan lebih rinci. Hal ini karena pihaknya tidak menangani keduanya sehingga tidak dapat memberikan komentar yang lebih spesifik, namun ia menjelaskan kalau secara umum hipospadia ini dialami oleh sekitar 10 persen mereka yang memiliki riwayat keluarga. “Hipospadia memang ada sekitar 10 persen yang memiliki riwayat familial, seperti ayah atau saudara kandung yang juga mengalami kondisi yang sama” ucapnya.
Dari kisah kakak beradik Manganang yang mengalami hipospadia ini ada sejumlah faktor risiko lain yang mengakibatkan seseorang mengalami hipospadia yaitu seperti pestisida, paparan hormone dan juga polusi. Ia juga menjelaskan proses perkembangan organ genital melibatkan banyak faktor mulai dari organ gonad penghasil hormone, kromosom seks, hormone dan reseptor hormon, di dalam kandungan proses perkembangan tersebut berlangsung pada trimester pertama dan kedua kehamilannya, “Jadi semua hal yang mempengaruhi proses ini dan periode tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipospadia” jelas dr. Irfan.
Dr. Irfan menjelaskan, umumnya kondisi ini dapat dideteksi ketika bayi masih dalam kandungan, atau bisa juga dilihat saat bayi sudah lahir, “Kecuali pada beberapa kasus ringan yang baru ketahuan saat akan disunat, saat kulit penisnya agak ditarik sehingga terlihat kelainan lubang kencing nya” ucap dr. Irfan. Ia mengatakan jika orang tua mendapati kondisi bentuk kelainan genital pada anaknya sebaiknya berkonsultasi pada dokter, baik dokter umum ataupun spesialis anak atau ke urologi, “Kasus terbanyak adalah yang ringan 90 persen, umumnya seperti populasi normal” ucapnya.