Review-Film-Lara-Ati

Haluannews.com – Siapa yang tidak mengenal Bayu Skak, komika sekaligus sutradara ini sudah beberapa kali mengeluarkan film yang sukses. Kini Bayu Skak comeback sebagai sutradara, penulis, sekaligus pemain dari film Lara Ati. Film di bawah naungan BASE Entertainment dan sudah tayang serempak di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 15 September 2022. Masih menyuguhkan komedi dan kisah anak muda, Bayu Skak berhasil menyematkan idealismenya, film komedi yang mengangkat quarter life crisis ini relate banget di kalangan anak muda. Terlebih lagi versi seriesnya sudah rilis, buat yang penasaran, berikut review film Lara Ati.

Review Film Lara Ati, Kisahnya Relate Sama Anak Muda

Review-Film-Lara-Ati

     1. Quarter Life Crisis Dipadukan Dengan Passion, Relate Di Kalangan Anak Muda

Film Lara Ati menyuguhkan kisah quarter life crisis yang dialami orang-orang berusia 25 tahun ke atas, momen ini terkadang cukup berat bagi sebagian orang karena mereka mulai merasakan berbagai tekanan dari segi pekerjaan sampai pernikahan. Film ini sendiri berusaha menjabarkan quarter life crisis yang biasa dialami dengan cara yang simpel, menghibur dan tidak berat. Ketika menyaksikan film berdurasi 116 menit ini, sebagian besar penonton akan tersadar bahwa adegan tersebut pernah mereka alami.

Cara Bayu Skak menuangkan pengalamannya juga terbilang cerdik dan tidak dipaksakan, adegan tersebut mengalir seperti apa adanya, namun tanpa disadari relate dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Dua topik utama yang dibahas adalah perjuangan Joko yang diperankan oleh Bayu Skak agar bisa bekerja sesuai dengan passionnya, dan menegaskan kalau orang di usia Joko tidak selalu memiliki kehidupan percintaan yang mulus.

     2. Menggandeng 80 Persen Artis yang Terbiasa Berbahasa Jawa

Sejak awal Lara Ati memang dilabeli sebagai film berbahasa Jawa dengan kisah anak Surabaya, oleh karena itu gak heran hampir 80 persen pemainnya berasal atau bisa berbahasa Surabaya dan Jawa. Keputusan untuk memilih aktor yang terbiasa berbahasa Jawa menjadi pilihan yang tepat. Seandainya Bayu Skak memilih lebih dari setengah pemain yang tidak bisa berbahasa Jawa, nuansa film ini pasti akan kurang pas.

Tatjana Saphira berperan sebagai Ayu yang digambarkan sebagai perempuan blasteran yang ketika masih kecil tinggal di Jawa. Kalau didengarkan secara seksama, pelafalan Tatjana masih kurang pas namun karena karakternya adalah blasteran, maka terasa realistis. Kemudian ada juga Keisya Levronka yang berperan sebagai Ajeng, ia sendiri berasal dari Malang, gak heran kalau logat Jawa yang ia lontarkan terasa sangat natural dan menghibur para penonton.

     3. Detail Desain Produksi yang Surabaya Banget

Film ini semakin menarik karena syuting di lokasi yang sama dengan latar ceritanya, yaitu di Surabaya. Penonton yang memang tinggal di Surabaya pastinya akan dengan mudah menemukan Jalan Tunjungan, Peneleh, Bulak Banteng, hingga Bratang di dalam layar. Bayu dan tim sendiri sangat cerdik memilih lokasi yang memang menjadi ikon di Surabaya dan sekitarnya, seperti salah satunya Jembatan Suramadu.

Secara garis besar, desain produksi film Lara Ati berhasil dijahit dengan apik. Selain itu bagi orang Surabaya sendiri pastinya akan dibuat tersenyum saat mendengarkan sound dan ambience film yang disuguhkan. Salah satunya efek suara menjelang adzan Magrib yang ikonik dengan lantunan solah-solah atau salawat.

     4. Memadukan Flashmob, Drama Musikal, Hingga Animasi yang Unik Tapi Berisiko

Walaupun ceritanya terkesan relate dengan anak muda dan menghibur, namun cara Bayu mengemas film ini sangat unik. Pada babak pertamanya, penonton akan disuguhkan dengan flashmob di Jembatan Suramadu. Joko yang saat itu sedang patah hati terjebak kemacetan dan pada akhirnya menari hingga bernyanyi bersama dengan pengendara yang lainnya. Tidak hanya itu, pada babak ketiga, penonton juga akan disuguhkan dengan aksi Bayu Skak kembali bernyanyi seperti di drama musikal.

Cara pengemasannya cukup unik dan menghibur, terlebih lagi dengan lagu-lagu berbahasa Jawa yang bayu Ciptakan sendiri. Bayu juga menyuguhkan adegan animasi yang menjelaskan bagaimana Joko akhirnya melawan tekanan dan keluar dari zona nyamannya, animasi tersebut sangat kreatif, menghibur tapi sangat berisiko, karena beberapa penonton mungkin tidak paham dengan maknanya.

     5. Komedi Khas Surabaya yang Menghibur

Komedi yang disuguhkan dalam film Lara Ati dijamin relate dengan orang-orang Surabaya. Dono Pradana sebagai comedy consultant berusaha untuk memasukkan dialog sehari-hari yang biasa dipakai arek Suroboyo. Film ini juga menarik karena Bayu mengajak beberapa legenda ludruk dan Srimulat, seperti Cak Kartolo, Ning Tini, hingga Eko Londo, kehadiran mereka tetap terlihat pas karena candaan yang relate.

Perlu diketahui jika komedi yang disuguhkan Cak Kartolo, Ning Tini, hingga Dono Pradana menambah nyawa film ini, walaupun menghibur sayangnya pada beberapa bagian kurang mampu menimbulkan tawa. Tapi balik lagi ke selera humor masing-masing. Itulah review film Lara Ati yang kini sedang tayang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here