Haluannews.com – Menikah bukanlah akhir dari perjalanan kehidupanmu Karena setelah menikah ada banyak tanggung jawab yang bakal kamu pegang dan jarang merasa kebahagiaan sesuai dengan ekspektasi saat pacaran dulu. Kehidupan rumah tangga yang tidak seindah masa pacaran ada berbagai penyebabnya, mulai dari beratnya tanggung jawab sampai bisa jadi salah pilih pasangan hidup.
Sesuatu hal yang Anugerah kalau kebahagiaan kamu sempurna selepas memutuskan menikah dan tentu saja keputusan itu boleh ditarik setelah beberapa tahun kalian menjalani kehidupan dalam rumah tangga. Namun, bagaimana kalau kehidupan di rumah tangga kamu dirasa tidak memuaskan ketimbang saat pacaran dulu?
Kamu dan dirinya bukan satu-satunya pasangan yang merasakan hal itu karena pasangan lain juga sering dibuat kaget karena kehidupan perkawinan mereka berbeda sekali saat pacaran dulu. Kamu tidak perlu terlalu cepat menilai kehidupan di rumah tangga yang kalian miliki itu gagal karena Sisi duka dari pernikahan lebih jelas disebabkan berbagai hal berikut.
Sederet Penyebab Kehidupan Rumah Tangga Tidak Seindah Masa Pacaran Dulu
1. Ada Lebih Banyak Tanggung Jawab
Penyebab kehidupan rumah tangga tidak seindah masa pacaran dulu, pertama yaitu ada lebih banyak tanggung jawab. Mungkin ketika masih pacaran kamu dan dirinya tidak punya tanggung jawab sebesar ini karena hanya menanggung jawab diri sendiri saja. Maka dari itu, terasa dalam setiap kebersamaan kalian hanyalah ringan dan bahagia.
Berbeda sekali dengan setelah membina rumah tangga karena banyaknya tanggung jawab harus dipikul dan tak ubahnya beban besar di pundak. Terutama, terkait anak dan orang tua ataupun mertua karena setiap pertemuan dengan pasangan pun menjadi waktu untuk membahas tanggung jawab satu persatu.
2. Kurangnya Proses Perkenalan di Masa Pacaran
Memang tidak selalu berakibat buruk ada juga setelah menikah sangat bersyukur karena kebaikan pasangannya melebihi yang dulu ia bayangkan. Namun, sering terjadi malah kebalikannya.
Misalnya, setelah menikah baru tahu kalau pesannya malah tempramental dan egois ketika masih pacaran, sifat ini belum terlihat karena kalian sedang kasmaran. Tidak lama kemudian kalian menikah seandainya masa perkenalan yang lebih dalam tanda-tanda dari sifat aslinya pasti muncul. Kalau begini ya artinya kamu salah memilih pasangan hidup !
3. Pacaran Dipenuhi Angan-Angan, Kehidupan Pernikahan Soal Kenyataan dan Perjuangan
Pacaran yang dipenuhi angan-angan, kehidupan pernikahan salah kenyataan dan perjuangan bisa menjadi penyebabnya dan semua orang yang berpacaran bakal sering membayangkan kebersihan mereka di masa depan. Tentu saja hanya terkait hal yang indah seperti punya anak yang lucu dan hidup bahagia sampai tua.
Padahal, dibalik anak yang lucu-lucu ada kenyataan mudanya anak rewel dan memerlukan perhatian yang lebih. Perjalanan dari kalian menikah sampai kelak menua bersama pasti menuntut perjuangan yang lebih keras lagi.
Banyak yang harus sama-sama kalian korbankan demi anak dan masa depan yang baik dan kesenangan pribadi wajib dikesampingkan agar kebutuhan anak terpenuhi begitupun permasalahan dan rasa kesal pada pasangan jangan sampai mempengaruhi kondisi fisik anak.
4. Manis Habis di Awal
Selanjutnya manis habis di awal, ini sebab ada baiknya apabila kamu tidak membatasi diri dalam menikmati masa-masa pacaran dulu. Meskipun rasa yang menyenangkan, bisa bermesraan dengan orang yang dicintai, takutnya rasa manis dari kebersamaan kalian justru habis lebih cepat dari yang seharusnya.
Seumpama setiap pasang mendapat jatah sebongkah gulat guna dicecap sedikit demi sedikit sama mengarungi kehidupan di rumah tangga, gula kalian habis duluan karena keserakahan kalian sebelum menikah. Sisa kebersamaan kalian yang masih panjang menjadi hambar nanti ada seseorang yang mencoba menawarkan manusia gula pada salah satu dari kalian dan bisa terjadi menjadi perbuatan serong-menyerong.
5. Konflik Tak Bisa Dihindari
Terakhir kehidupan dalam rumah tangga yang tidak indah lagi bisa dikarenakan konflik tidak bisa dihindari karena sedikit banyak Kalian pasti mendapat intervensi dari keluarga besar maupun berkonflik dengan mereka.
Sekalipun kalian telah menegaskan batasan untuk keterlibatan keluarga besar masing-masing dan belum tentu mereka bisa mengerti serta menghargai. Ibaratnya, kamu bertahan di balik pagar keliling rumah sendiri dan akhirnya konflik kehidupan rumah tangga tidak selalu bisa dihindari.